Falsafah Sunda Sejalan dengan Alquran dan Pancasila dalam Perspektif Mata Sosial
Ditulis Oleh: Ruslan Raya/Mata Sosial
Cikakak Sukabumi Januari 2025.
Dalam kehidupan masyarakat Sunda, falsafah hidup yang dipegang erat oleh mereka memiliki banyak kesamaan dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam Alquran dan Pancasila. Falsafah Sunda yang dikenal dengan prinsip-prinsip kesederhanaan, kearifan lokal, dan kebersamaan, ternyata memiliki banyak persamaan dengan ajaran Islam yang tertuang dalam kitab suci Alquran serta nilai-nilai yang tercermin dalam Pancasila.
Kesederhanaan dan Tawadhu’
Salah satu nilai penting dalam falsafah Sunda adalah kesederhanaan, yang juga sangat ditekankan dalam ajaran Islam dan Pancasila. Kesederhanaan dalam kehidupan sehari-hari mencakup berbagai aspek seperti berpakaian, makan, dan berinteraksi dengan sesama. Dalam Alquran, kesederhanaan sangat dianjurkan dan dijadikan contoh oleh Rasulullah SAW. Allah SWT berfirman:
وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan tidak akan sampai setinggi gunung.” (QS. Al-Isra: 37)
Hal ini sejalan dengan falsafah Sunda yang mengajarkan untuk selalu rendah hati dan tidak sombong dalam menjalani kehidupan. Prinsip kesederhanaan ini juga tercermin dalam sila ke-2 Pancasila: “Kemanusiaan yang adil dan beradab.”
Kearifan Lokal dan Kearifan dalam Alquran serta Pancasila
Kearifan lokal atau yang biasa disebut dengan “kearifan lokal Sunda” adalah nilai-nilai yang diwariskan turun-temurun dalam masyarakat Sunda yang mencakup norma-norma sosial, budaya, dan adat istiadat. Kearifan lokal ini sering kali sejalan dengan ajaran-ajaran dalam Alquran, yang menekankan pentingnya menjaga budaya dan tradisi yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Dalam Alquran, Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Ayat ini menunjukkan bahwa keberagaman budaya dan tradisi merupakan anugerah dari Allah yang harus dijaga dan dilestarikan selama tidak bertentangan dengan syariat Islam. Prinsip ini sejalan dengan sila ke-3 Pancasila: “Persatuan Indonesia.”
Kebersamaan dan Gotong Royong
Prinsip kebersamaan dalam falsafah Sunda tercermin dalam konsep gotong royong atau “sauyunan.” Konsep ini mengajarkan bahwa setiap anggota masyarakat harus saling membantu dan bekerja sama dalam berbagai kegiatan. Nilai gotong royong ini juga sangat selaras dengan ajaran Islam tentang persaudaraan dan kebersamaan dalam masyarakat.
Allah SWT berfirman:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksanya.” (QS. Al-Maidah: 2)
Ajaran ini menekankan pentingnya bekerja sama dalam kebaikan dan mencegah kemungkaran, yang merupakan prinsip utama dalam kehidupan masyarakat Sunda. Prinsip gotong royong ini sejalan dengan sila ke-5 Pancasila: “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Penghormatan kepada Orang Tua dan Sesepuh
Falsafah Sunda juga sangat menekankan penghormatan kepada orang tua dan sesepuh. Nilai ini sangat sejalan dengan ajaran Alquran yang mengharuskan setiap muslim untuk berbakti dan menghormati kedua orang tua. Allah SWT berfirman:
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra: 23)
Nilai penghormatan dan bakti ini sangat mendasar dalam falsafah hidup masyarakat Sunda dan menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari mereka. Nilai ini juga sejalan dengan sila ke-1 Pancasila: “Ketuhanan yang Maha Esa.”
Siliwangi dan Kepemimpinan
Prinsip Siliwangi dalam budaya Sunda mengajarkan nilai-nilai kepemimpinan yang bijaksana, adil, dan bertanggung jawab. Dalam Islam, kepemimpinan juga harus berdasarkan pada keadilan dan tanggung jawab kepada Allah dan manusia. Rasulullah SAW bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Prinsip Siliwangi menekankan pentingnya pemimpin yang mampu mengayomi, melindungi, dan memberikan teladan bagi masyarakatnya. Prinsip ini sejalan dengan sila ke-4 Pancasila: “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.”
Saling Asih, Asah, dan Asuh
Falsafah Sunda juga mengajarkan prinsip “saling asih, asah, dan asuh” yang berarti saling menyayangi, saling mengasah kemampuan, dan saling mengasuh atau membantu. Prinsip ini sejalan dengan ajaran Islam tentang persaudaraan dan solidaritas. Allah SWT berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10)
Wangian dan Kesucian
Prinsip Dukungan dan Kesucian dalam Hidup. Dalam kehidupan sehari-hari, nilai “saling wangian” memiliki makna yang mendalam. Prinsip ini mengajarkan kita untuk saling mendukung dan memberi dukungan dalam kebaikan, serta menghindari mengumbar kejelekan satu sama lain. Secara sederhana, konsep ini mendorong kita untuk menjaga kebersihan dan kesucian dalam segala hal, baik dalam tindakan, perkataan, maupun pikiran.
Saling Dukung dan Support dalam Kebaikan
“Saling wangian” mengajarkan kita untuk selalu mendukung satu sama lain dalam hal-hal yang baik. Dukungan ini bisa berupa bantuan fisik, dukungan moral, atau bahkan doa. Dalam Alquran, Allah SWT berfirman:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksanya.” (QS. Al-Maidah: 2)
Ayat ini menegaskan pentingnya tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa, yang sejalan dengan prinsip “saling wangian.”
Menjaga Aib dan Kehormatan Sesama
Salah satu aspek penting dari “saling wangian” adalah menjaga aib dan kehormatan sesama. Tidak mengumbar kejelekan satu sama lain adalah wujud nyata dari menghormati dan menjaga martabat orang lain. Dalam Alquran, Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰ أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِّن نِّسَاءٍ عَسَىٰ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۖ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan sekumpulan yang lain, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik dari mereka. Dan janganlah sekumpulan perempuan merendahkan sekumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik dari mereka. Dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan julukan-julukan yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujurat: 11)
Kebersihan dan Kesucian dalam Segala Hal
Prinsip “saling wangian” juga mengajak kita untuk menjaga kebersihan dan kesucian dalam segala hal. Ini mencakup kebersihan fisik, kebersihan hati, dan kesucian niat. Kebersihan fisik dapat kita lakukan dengan menjaga tubuh dan lingkungan sekitar tetap bersih. Rasulullah SAW bersabda:
الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيمَانِ
“Kebersihan itu sebagian dari iman.” (HR. Muslim)
Kebersihan hati berarti kita harus menjauhkan diri dari sifat-sifat buruk seperti iri hati, dengki, dan dendam. Sedangkan kesucian niat mengajarkan kita untuk selalu berniat baik dan ikhlas dalam setiap perbuatan.
Kesimpulan
Dalam perspektif mata sosial, falsafah Sunda memiliki banyak kesamaan dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam Alquran. Kesederhanaan, kearifan lokal, kebersamaan, dan penghormatan kepada orang tua adalah beberapa nilai yang menunjukkan betapa falsafah Sunda sejalan dengan ajaran Islam. Selain itu, prinsip-prinsip seperti Siliwangi, saling asih, asah, dan asuh, serta konsep wangi-wangian yang mencerminkan dukungan dalam kebaikan dan menjaga kesucian juga mendukung keselarasan ini.
Prinsip kesederhanaan mengajarkan untuk hidup rendah hati dan tidak sombong, sejalan dengan ajaran Alquran yang melarang perilaku sombong. Kearifan lokal menghargai tradisi dan budaya yang tidak bertentangan dengan syariat Islam, serta mempromosikan persatuan yang diamanatkan oleh Pancasila. Nilai kebersamaan dan gotong royong mencerminkan pentingnya tolong-menolong dalam kebaikan dan solidaritas, sebagaimana dianjurkan dalam Alquran dan Pancasila.
Penghormatan kepada orang tua dan sesepuh mencerminkan kewajiban berbakti dan menghormati orang tua dalam ajaran Islam. Prinsip Siliwangi menekankan pentingnya kepemimpinan yang bijaksana, adil, dan bertanggung jawab, sejalan dengan prinsip kepemimpinan yang adil dalam Islam dan Pancasila. Saling asih, asah, dan asuh menunjukkan pentingnya kasih sayang, saling mengasah kemampuan, dan membantu satu sama lain, yang juga diajarkan dalam Islam.
Konsep wangi-wangian melambangkan kebersihan dan kesucian dalam segala hal, serta menjaga aib dan kehormatan sesama, sebagaimana dianjurkan dalam Alquran. Secara keseluruhan, falsafah Sunda yang mencakup prinsip-prinsip ini tidak hanya sejalan dengan ajaran Alquran tetapi juga dengan nilai-nilai Pancasila, menciptakan masyarakat yang harmonis, beretika, dan bermoral tinggi, yang menjadi teladan bagi generasi masa kini dan masa depan.