Kanjeng Pangeran Norman: Jaman Kalabendu Belum Berakhir

Mata Sosial Indonesia

Jakarta, – Dalam sebuah narasi yang memukau, Kanjeng Pangeran Norman menghadirkan kisah yang menggugah kesadaran tentang kondisi Nusantara dan ramalan masa depannya. Dengan mengacu pada pernyataan Prabu Sri Jayabaya, Kanjeng Pangeran Norman menyatakan, “Suatu ketika Prabu Sri Jayabaya mengatakan bahwa keadaan Nusantara, di suatu masa di masa datang, akan ada suatu masa yang penuh bencana. Gunung-gunung akan meletus, bumi berguncang-guncang, laut dan sungai akan meluap. Ini akan menjadi masa penuh penderitaan. Masa kesewenang-wenangan dan ketidakpedulian,” tulis Kanjeng Pangeran Nomran kepada Matasosial, Senin 30 Desember 2024.

Kisah atau cerita ini ini menyoroti tantangan yang telah dan akan dihadapi bangsa Indonesia, menciptakan refleksi mendalam tentang apa yang disebut sebagai zaman “Kala Bendhu.” Kanjeng Pangeran Norman berlanjut, “Banyaknya berbagai bencana dan persoalan bangsa Indonesia yang datang dan pergi silih berganti apakah pertanda bahwa bangsa Indonesia tengah memasuki suatu masa yang disebut zaman ‘Kala Bendhu’ atau jaman apalah yang jelas banyaknya bencana,” tambahnya.

Dengan penggambaran yang kuat, Kanjeng Pangeran Norman juga berbicara tentang kedahsyatan yang sering disebut sebagai masa “Goro-goro.” Ia menggambarkan, “bumi gonjang-ganjing langit kelap-kelap,” menggambarkan kekacauan dan kehancuran yang dahsyat. Pertanyaan yang muncul adalah, kapan goro-goro dimulai? “Sekali lagi tidak ada yang bisa menjawab kecuali hanya Allah Yang Maha Besar,” ujarnya, mengingatkan kita akan keterbatasan manusia dalam memahami takdir.

Namun, di balik segala kesulitan, ada harapan. Kanjeng Pangeran Norman menekankan bahwa zaman “Kala Bendhu” atau “Goro-goro” ini bisa menjadi awal dari suatu zaman keemasan, yang akan dipimpin oleh seorang pemimpin yang amanah, membawa Nusantara menuju Jayasempurna. “Hanya butuh dua kata kunci saja agar semua itu bisa tercapai yaitu Adil dan Makmur,” tegasnya.

Dengan bahasa yang kaya, ia mengingatkan kita akan kebijaksanaan leluhur: “suro diro joyodiningrat lebur dening pangastuti,” yang berarti semua angkara murka akan kalah dengan keluhuran budi. Dalam konteks Islam, ia merujuk pada prinsip bahwa kebenaran akan selalu mengalahkan kebatilan.

Kp Norman mencoba menyentuh sisi historis, tetapi juga memicu diskusi penting tentang masa depan bangsa. “Jaman Kalabendu Belum Berakhir,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *